Naskah Babad Limbangan ditulis dengan menggunakan hurup Arab Pegon dalam bahasa Sunda. Tidak diketahui siapa penulis naskah ini. Namun dari bentuknya – seperti diterangkan dalam buku Naskah Sunda Lama Kelompok Babad yang disusun Edi S. Ekadjati dkk. dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud pada 1985 – naskah ini berukuran 23 x 35 cm dan ditulis pada kertas putih bergaris.
Naskah yang ditulis dalam bentuk prosa ini mengisahkan tentang asal-usul penguasa Limbangan serta asal-usul nama tempat di sekitar Garut. Dikisahkan bahwa Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran suatu hari memerintahkan Ki Haruman untuk berburu. Namun alih-alih mendapat binatang buruan, Aki Haruman justru menemukan sinar terang menyilaukan dari atas sebuah gunung. Ternyata, setelah ditelisik, sinar kemilau itu berasal dari Nyi Putri dari Limbangan yang sedang mandi. Penemuan yang mengejutkan itu segera dilaporkan pada Prabu Siliwangi. Mendengar paras cantik putri itu, Prabu Siliwangi berniat melamar Nyi Putri Limbangan dan menamakan gunung tempat ditemukannya menjadi Gunung Haruman.
Awalnya lamaran itu ditolak Nyi Putri. Namun karena bujukan ayahnya yang bernama Sunan Rumenggong, akhirnya diterima juga lamaran itu. Dari perkawinan itu lahir dua orang putra, yakni Basudewa dan Liman Sanjaya. Setelah dewasa, Basudewa kemudian dijadikan penguasa Limbangan dan Liman Sanjaya dijadikan penguasa Dayeuh Luhur oleh ayahnya, Sri Baduga Maharaja itu.
Suatu hari, untuk kedua putranya itu, Prabu Siliwangi mengirim dua orang putri untuk dijadikan istri anak-anaknya. Yang satu berparas cantik dan dibawa dengan tandu tertutup rapat yang jelek, dan bau apek dan yang satu berparas biasa-biasa saja tetapi dibawa dengan tandu yang bagus penuh permata hiasan. Pertama-tama rombongan itu datang ke Limbangan, dan penguasa Limbangan, Basudewa memilih tandu yang bagus, sementara tandu yang jelek dibawa ke Dayeuhluhur, tempat kekuasaan Liman Sanjaya.
Prabu Basudewa menyesal telah memilih tandu yang bagus karena istri yang diperolehnya berparas biasa-biasa saja. Dia benar-benar merasa tertipu oleh nafsunya sendiri. Dalam suatu perburuan bersama Liman Sanjaya, Basudewa meminta pada saudaranya itu agar menukar istri-istri mereka. Prabu Liman Sanjaya menyetujuinya. Tetapi percakapan itu didengar oleh istri Limansanjaya. Karena tidak mau diperistri Basudewa, ia diam-diam melarikan diri.
Setelah dicari-cari, Liman Sanjaya menemukan istrinya itu dan berjanji tidak akan menukar dia dengan istri Basudewa. Dalam pengembaraan selanjutnya, Liman Sanjaya dan istrinya tiba di sebuah hutan yang sangat strategis untuk didiami. Hutan itu dijaga oleh lelaki tua kiriman para dewa. Setelah mengetahui bahwa Liman Sanjayalah calon penghuni hutan itu lelaki tua itupun menghilang. Kelak hutan itu berkembang menjadi sebuah negara yang dikenal dengan nama Dayeuhmanggung. Selain Liman Sanjaya, raja Dayeuhmanggung lainnya yang terkenal adalah Sunan Ranggalawe.